Berita Lagu puisi cerpen novel buku film profil

Senin, 13 Desember 2010

Jangan Mengekang

Lirik & Lagu by: adji kembara


* Ku takkan pernah memaksamu, untuk mengikuti duniaku
   Kan ku biarkan kau memilih, apapun yang kau suka slama ini

Reff:
Tak mau  ikatan ini membebani, langkah kaki dan keinginan hati
Biarlah berjalan seperti adanya
Sedikitpun, sedikitpun jangan mengekang

** Memang tak sebebas merpati, bukan berarti terpenjara
     Baiknya saling menghargai, perbedaan ini bukanlah alasan

Back to: reff

Brigde:
Bila batin tersiksa, sudah akhiri saja
Bila jiwa kian nelangsa, sudah sudahi saja

Back to: reff
Sedikitpun, sedikitpun jangan mengekang

****
Cat.: Lagu ini tercipta, tengah malam, Senin (13  Desember 2010), di Jakarta, usai seorang teman lama mencurahkan hatinya tentang bahtera perkawinannya. Dia mengaku begitu tersiksa dan terpenjara atas tabiat istrinya yang kerap mengekang. Tidak boleh melakukan apa yang disukai selama ini. Padahal dulu saling janji memberi keleluasaan buatnya dan sebaliknya, untuk beraktivitas dan bersosialisasi bukan semata berkarier.  Ternyata pasangan hidupnya  itu ingkar. Selalu ada kecurigaan besar, kecemburuan berlebih, dan pembatasan yang terlalu hingga membuat batinnya tertekan. Rasa cintanya pun pudar dan kesabarannya habis. Kini biduk rumah tangganya kandas di pantai api yang berkobar hebat. Dia dan istrinya tak mampu memadamkan api itu. Keduanya justru membiarkan terbakar dalam ikatan yang tak lagi menyejukkan.

Apa yang dialami rekanku itu, ternyata terjadi pula pada beberapa temanku lainnya. Sejak berumah tangga dan beranak-pinak, tamat sudah dunianya, kebebasannya, kreativitasnya, keinginannya, dan bahkan keceriaannya. Mereka hidup terpenjara dalam kekangan ikatan yang semestinya tidak begitu. Kekangan yang lahir atas dasar ketakutan, ketidakpercayaan, dan ketidaksenangan salah satu pihak.

Lewat lagu pop slow ini, saya mencoba menuangkannya sesuai curahan hati rekanku dan juga kondisi yang kini dijalani teman-temanku yang lain. Mudah-mudahan memberi pencerahan dan solusi. Namun itu terpulang pada komitmen dan tujuan hidup masing-masing. Yang menjalani  hidup dan menikmatinya juga masing-masing. Sebagai teman, saya senang bila dia  dan yang lain  juga bahagia. Itu saja, tak lebih dari itu. Karena hidup cuma sekali, bebaskan dan bahagiakan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar