Berita Lagu puisi cerpen novel buku film profil

Kamis, 30 September 2010

Dulu, Kini, & Nanti

Lirik & Lagu by: adji kembara
Foto by: adji kembara

* Dulu benar ada rasa
   Dulu memang slalu sayang
   Dulu sungguh begitu rindu
   Tapi semua itu dulu

** Kini masih adakah rasa?
     Kini masih besarkah sayang?
     Kini masih utuhkah rindu?
     Jelas semua itu masih

Bridge:
Bahkan rasa ini semakin menjadi
Bahkan rindu ini kian menggebu

Reff:
Kar'na kaulah segalanya
Kar'na kau satu-satunya
Kar'na kau penyejuk kalbu, cahaya hidupku...

Kar'na kaulah segalanya
Kar'na kau satu-satunya
Kar'na kau penerang hati, sampai nanti...

Back to: **, (musik), bridge, reff
Dulu, kini, dan nanti

Back to: reff
Dulu, kini, dan nanti (2X)

Cat.: Lagu bergenre pop ini tercipta Kamis (30/9/2010), ba'da (selepas) shalat magrib, di perjalanan dari Blok M menuju Kalibata, Jakarta Selatan. Lagu ini menceritakan perasaan seseorang dalam arti luas. Bisa perasaannya terhadap Sang Penciptanya, orang tuanya, pendamping hidupnya, belahan jiwanya, mutiara hatinya, sahabat baiknya, maupun keindahan alam (gunung, laut, dan lainnya).

Rabu, 29 September 2010

Melihatnya Tersenyum, Itu Sudah Cukup

Catatan  Perjalanan Sang Sukarelawan
Naskah &  Foto by: adji kembara


Jumat dini hari, 27 Maret 2009 lalu, Situ Gintung di Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten murka. Sewaktu mendengar berita itu kali pertama aku pikir cuma jebol biasa. Tapi setelah dapat info dari teman wartawan bahwa bencana itu nyaris seperti tsunami kecil aku kaget dan tak menyangka. Rencananya Jumat sore aku mau ke sana tapi karena masih liputan akhirnya urung.

Malamnya rekanku SMS kalau  rumahnya si-A dijadikan posko. Mendenggar kabar itu aku bangga, ternyata ada rekan yang cepat tanggap dan bersedia menjadikan rumahnya yang kebetulan berlokasi tak jauh dari bencana sebagai posko. Tanpa pikir panjang aku langsung membalas SMS itu menanyakan bantuan apa yang dibutuhkan. Setelah mendapat balasan aku kembali bilang, besok Sabtu siang aku langsung ke rumah si-A.

Aku segera memberi kabar beberapa temanku dengan maksud untuk mengajak mengalang dana untuk membantu korban bencana itu. Beberapa teman bilang sudah mentransfer ke rekening TV swasta Ada juga yang bilang datang langsung ke lokasi dan banyak pula yang bilang tidak bisa. Bagiku itu tidak masalah yang penting sudah memberi kabar dan mengajaknya.

Sabtu pagi aku melihat berita di TV dulu untuk mengetahui apa sebenarnya dibutuhkan para korban bencana. Ternyata salah satu TV mengatakan masyarakat yang terkena bencana membutuhkan obat-obatan, pakaian dalam dan pakaian layak pakai serta air bersih untuk cuci dan mandi.

Selepas itu aku segera ke Pasar Tanah Abang untuk membeli sejumlah obatan-obatan, pakaian dalam perempuan dewasa dan anak-anak serta kaos oblong putih masing-masing satu lusin.  Kemudian bergegas ke Situ Gintung lokasi dengan bus 102 dari Tanahabang. Saat naik bus,  si-A mengabarkan bahwa dia harus kerja berangkat pukul sebelas siang. Bantuan bisa langsung ke posko Universitas Muhamadiah Jakarta (UMJ) atau bisa ke rumahnya. Aku balas, lagi on the way dan akan langsung ke rumahnya.

Setibanya di pasar Jumat menuju UMJ, jalan macet total. Banyak penumpang yang tak tahan karena panas lalu turun dan berjalan kaki. Saat melintasi jembatan kali pesanggerahan yang merupakan aliran air dari Situ Gintung, sejumlah kendaraan motor dengan penumpang turun menyaksikan Tim SAR yang sedang menyisir untuk mencari korban yang mungkin saja hanyut terbawa arus dari luapan air akibat jebolnya tanggul Situ Gintung.

Aku hampir saya menyerah lantaran panas dan gerah di dalam bus. Tapi niatku sudah bulat. Kemacetan semakin menjadi saat bus mendekati UMJ dan terus berlanjut hingga Situ Gintung. Setibanya di Situ Gintung gerimis turun. Sewaktu turun salah seorang temanku sudah menunggu di pertigaan. Dia mengendarai sepeda motor. Aku bilang tunggu saja di situ aku mau kasih bantuan ke posko. Aku segera langsung menuju rumah Si-A. Di sana kutemui suami si-A dan si gadis imut, buah hati si-A. Usai menyerahkan bantuan aku segera pamit.

Hujan deras turun. Aku dan temanku mencari makan siang dulu di sebuah warung yang menjual sop dan sate kambing. Hujan-hujan gini sepertinya enak menyantap semangkuk sop kambing. Dan pilihanku ternyata benar. Meski sebenarnya sop kambing itu tidak begitu istimewa namun cukup menganjal perut yang sudah kosong sejak pagi.

Selepas lunch, aku dan temanku mensurvei lokasi. Ternyata benar apa yang dibilang si-A, pintu masuk ke lokasi bencana ditutup. Letak tanggul Situ Gintung yang dibangun tahun 1933 itu berjarak sekitar 100 meter dari jalan raya. Longsorannya  bisa dilihat dari  balik deretan ruko dan rumah makan di sepanjang jalan utama. Oleh karenanya masyarakat yang sedang melintas di jalan tersebut dengan mudah bisa melihat lokasi  jadi ikut-ikutan mampir dan melihat bencana itu.

Aku segera mengajak temanku mencari pintu masuk lainnya. Ternyata siang itu ratusan orang atau bahkan ribuan orang terus berdatangan ke lokasi untuk menyaksikan kondisi bencana itu. Antusias masyarakat Jakarta dan sekitar yang ingin melihat ke lokasi sudah berlangsung sejak bencana tersebut ditayangkan televisi. Beberapa orang yang aku temui mengaku penasaran ingin menyaksikan langsung ke lokasi. “Saya lihat beritanya di TV jadi penasaran kayak apa tsunami kecil itu. Mumpung lokasinya nggak jauh dari Jakarta,” kata Wati (35) yang datang bersama anak dan suaminya dengan sepeda motor.

Setibanya di lokasi aku melihat sebuah masjid yang masih kokoh berdiri. Lalu memotretnya termasuk tingkah laku masyarakat yang datang hari itu. “Kayaknya lebih banyak masyarakat daripada sukarelawan yang datang,” kata rekannya. Dan pengamatannya itu ternyata memang benar.

Hujan kembali turun dengan derasnya. Masyarakat yang datang tetap bertahan di tempat. Ada yang berteduh di masjid tersebut, banyak juga yang main hujan-hujanan. Entah apa yang mereka cari dan inginkan pikirku. Yang jelas keberadaan mereka sungguh membuat suasana lokasi bencana tambah semraut.

Saat hujan turun aku sempatkan ke posko Front Pembela Islam di Masjid Jabalur Rahmah yang masih berdiri kokoh meskipun deretan rumah di sekitarnya sudah rata terkena terjangan luapan air. Masjid ini diresmikan oleh seorang berdarah Aceh H. Teuku Abdullah Laksama, 26 Mei 2007. Aku dan rekanku ikut membantu mengangkut bantuan yang datang. Setelah itu aku beralih ke posko lain sekalian mencari data.

Setelah hujan reda aku dan rekanku menyusuri lokasi bencana dari mulai tanggul yang sudah jebol dan menyisakan longsoran terjal dan dalam, sampai ke UMJ. Lumpur dan cipratan air keruh sudah mengotori sandal lapangan, celana dan kaosku. Tapi itu bukan soal. Sebelum berangkat aku sudah menyiapkan mental, fisik dan tentu saja pakaian pengganti. Bahkan aku bawa raincoat dan payung segala ntuk mengantisipasi hujan. Sementara temanku basah kuyup tapi dia tetap semangat.

Sepanjang penyusuran aku menemukan bangkai hewan seperti ikan dan bau busuk yang mungkin saja mayat orang atau hewan yang tertimbun lumpur dalam. Belum lagi bermacam rongsokan bekas perabotan dan puing-puing rumah. Banyak pula aku temui masyarakat yang sengaja datang ke lokasi untuk mengambil gambar atau melihat bekas bencana itu. Keberadaan mereka sangat menganggu para aparat keamanan atau sukarelawan yang sedang bekerja membersihkan puing atau mencari korban yang mungkin tertimbun.

Jelang sore aku dan rekanku sampai di kampus UMJ. Beberapa bagian kampus rusak terkena terjangan air yang meluap. Di sana sejumlah posko bantuan didirikan untuk menolong korban termasuk sejumlah tenaga medis dan beberapa media yang sedang meliput.

Secara keseluruhan satu hari pascabencana, kondisi di lokasi kejadian masih semraut dan berantakan. Kondisi kian dipersulit dengan hadirnya masyarakat yang datang dari sekitar lokasi bahkan dari luar daerah.

Aku dan rekanku beristirihat di sebuah warteg di samping UMJ persis di depan jalan raya. Pemilik warteg mengaku senang karena dagangannya ludes karena banyak pengunjung yang datang termasuk sukarelawan yang memborong. Di satu sisi bencana membawa luka, tapi nyatanya dipihak lain justru membawa berkah.

Saat istirahat sejenak, terbayang kembali Masjid Jablur Rahmah yang masih berdiri gagah. Hadir rasa takjub. Bagaimana tidak, masjid yang berada agak menjorok ke aliran Situ Gintung dan jaraknya sekitar 100 meter dari tanggul yang jebol itu tidak hancur diterjang bah  dasyat. Fenomena itu membuat masjid ini menjadi perbincangan sekaligus pusat tontonan warga yang berdatangan, selain tanggul Situ Gintung yang sudah jebol dan menyisakan longsoran besar di kiri kanannya.

Masih banyak masyarakat yang mengabadikan masjid tersebut dengan kamera maupun handycamnya. “Aneh ya kayak masjid di Banda Aceh aja yang tetap berdiri meski diterjang tsunami hebat,” kata Amir (30) warga Bekasi yang datang jauh-jauh hanya untuk melihat dan memotret masjid itu dengan kamera ponselnya.

Keajaiban itulah yang membuat banyak orang menyebut bencana ini tsunami kecil di tanah Jawa itu  dan menyamakannya meski dalam skala kecil. Selain sebuah masjid yang masih berdiri kokoh. Jumlah korbannya pun tak disangka-sangka mencapai 100 lebih orang tewas dan sedikitnya 300 rumah luluh lantah.

***

Sabtu (28/3/2009) seharian aku luangkan waktu untuk mensurvei lokasi bencana Situ Gintung. Memang belum banyak yang saya perbuat. Tapi paling tidak aku mendapat gambaran bahwa ternyata masih begitu buruk pegelolaan bencana di negeri ini.

Rupanya bencana tsunami di Aceh beberapa tahun lalu belum juga menjadi pembelajaran bagaimana mengelola bencana secara baik, pofesional, dan cepat teratasi. Bencana seolah menjadi sebuah obyek tontonan warga dalam balutan suka duka atau bahkan mungkin suka cita sebagaimana pernah terjadi pascagempa di Yogyakarata, semburan lumpur di Sidoharjo dan kini jebolnya tanggul Situ Gintung sehingga kian memparah situasi.

Seharusnya pemerintah  bertindak cepat, dibantu dengan pihak keamanan,  sukarelawan dan tenaga profesional untuk membentuk satu komando yang terorganisir sebelum situasi semakin semaraut atau sebelum timbul korban baru.

Tapi banyak juga segelincir orang yang memang tulus meluangkan waktu, tenaga atau bahkan hartanya untuk membantu korban. Aku merasa beruntung masih bisa meluangkan waktu untuk itu, meski mungkin tidak seintens saat dulu. 


Belasan tahun lalu aku beruntung mengikuti kegiatan kemanusiaan tanpa embel-embel uang, partai, dan lainnya. Sewaktu ada musibah hilangnya 6 pendaki gunung di Gunung Salak, aku dan beberapa rekan ikut melakukan SAR begitu juga saat sejumlah pendaki hilang di Gunung Gede serta SAR ke Gunung Slamet dimana 1 rekanku dari UKI tewas dengan sejumlah temannya. Ketiga kegiatan kemanusian itu menempaku bagaimana menjadi seorang sukarelawan dan juga tim SAR.  

Namun yang paling berkesan saat aku menjadi tim penolong banjir besar yang melanda Jakarta hingga sebuah koran nasional menulis headline-nya dengan judul “Danau Raksasa Itu Bernama Jakarta”. Ketika itu aku masih bekerja di Majalah Krakatau di Pejaten. Kebetulan bosku merespon usulanku untuk membuat posko relawan banjir. Bosku meminta bantuan pasukan marinir dan kopasus.

Selama dua minggu aku keliling dengan tim kopasus naik tronton dan kemudian mengarungi banjir di sejumlah titik dengan perahu karet dari Marinir. Setiap hari aku bertugas menyalurkan bantuan ke sejumlah titik langsung ke masyarakat yang tertimpa musibah lewat Ketua RT atau RW-nya. Kepemimpinanku teruji di sana. Bagaimana aku menerobos wilayah yang sulit bersama beberapa prajurit kopasus. Alhamdulillah cara kerjaku ketika itu mendapat pujian mereka termasuk bosku.

Sampai kini, beberapa orang kopasus dan marinir yang membantu masih saling komunikasi. Bahkan beberapa bilang kalau ada apa-apa jangan segan-segan bilang. Tapi aku tidak pernah memanfaatkan perkenalanku itu sampai kini. Karena memang bukan itu tujuanku.

Berbekal pengalaman itu, akupun memberanikan diri menjadi sukarelawan di Aceh saat tsunami dasyat melanda. Di sana aku banyak temukan sukarelawan yang justru tidak siap menjadi sukarelawan. Akhirnya mereka justru merepotkan korban. Banyak pula sularelawan yang memanfaatkan bencana itu untuk keuntungan sendiri.

Selama seminggu di Banda Aceh aku mendapat pembelajaran lagi, meski harus cuti kerja saat itu. Dan pascatsunami, tepatnya 2007 lalu aku kembali ke Aceh tapi ini urusan liputan. Setibanya di sana aku terkenang masa sulit sewaktu menjadi relawan tapi ada bangga di hati bisa berbuat dan terjun langsung meski hanya sebentar.

Ketika terjadi gempa di Yogyakarta. Sebenarnya ingin sekali terjun menjadi sukarelawan tapi karena kerjaan akhirnya aku cuma mengirimkan bantuan yang terkumpul bersama rekan-rekanku. Tapi pascagempa, aku beberapa kali ke Jogja untuk melihat dan sekaligus menulis kondisinya terlebih obyek-obyek wisata utamanya dengan tujuan untuk menarik kembali wisnus dan wisman untuk berwisata ke Jogja lagi. Hal yang sama aku lakukan pasca terjadi semburan lumpur di Sidoharjo, Jatim.

Andai aku punya sayap atau bisa menghilang, rasanya aku ingin mendatangi semua lokasi bencana baik sesaat terjadi maupun sesudahnya, saat masa recovery bencana. Termasuk ke lokasi pengungsian korban letusan Gunung Sinabung di Tana Karo, Sumut, dan Banjir di Cienteng, Kabupaten Bandung yang belum lama terjadi. Sayangnya...keinginan  itu tak terwujud.

Bagiku dengan menolong sesama yang sedang tertimpa bencana bisa menyadarkan diri sekaligus mengikis egois. Semampuku..sebisaku...sesuai keahlianku. Aku tak berharap dengan begitu dosa-dosa masa lalu akan juga terkikis. Bagiku melihat korban bencana tersenyum, itu sudah cukup.

Sepulang dari Situ Gintung, tercipta sebuah lagu berjudul “Tersenyumlah” yang kupersembahkan buat mereka yang menjadi korban. Tetaplah tersenyum, tawakal, dan selalu bersyukur kepada-Nya. Moga catatan dan lirik lagu ini menggugah kita untuk senantiasa berbagi dengan tulus dan dengan cara yang baik.

***

Tersenyumlah
Lirik & Lagu by: adji kembara

* Tersenyumlah dalam menghadapi sgala 
   Problema hidup yang datang menghantam
   Hadapilah dengan penuh keikhlasan
   Musibah pasti ada hikmahnya

Reff:
Berbahagialah hati bila selalu damai
Bersyukurlah pada yang Esa
Atas sgala karunia-Nya

** Hidup ini memang penuh tanda tanya
     Kadang bencana datang tak terduga
     Bulatkan niat, jangan sampai menyerah
     Jalani dengan hati berani

Back to: Reff

***The end***

Mendaki Lagi

Lirik & Lagu by: adji kembara
Foto by: adji kembara

* Siapa yang tak suka, dimanja indahnya
   Dia mampu sejukkan, hati terbebas resah
   Siapa yang tak mau, dibelai sepoinya
   Dia sanggup teduhkan, jiwa gersang dan bimbang berganti tenang

Reff 1:
Itulah yang membuatku, mendaki dan mendaki lagi
Hingga puncak tertinggi, hingga di atap bumi, dekati mentari
Itulah yang membuatku, jatuh cinta dan cinta lagi
Sampai hati selami, sampai jiwa resapi, kedamaian sunyi

Back to: *

Reff 2:
Itulah yang membuatku, mendaki dan mendaki lagi
Meski kaki ku letih, meski tempuh sendiri, ku takkan berhenti
Itulah yang membuatku, jatuh cinta dan cinta lagi
Sampai hati selami, sampai jiwa resapi, kedamaian sunyi

Cat.: Buat mountainholic (penggila gunung), suatu saat pasti akan mengalami masa-masa kerinduan yang meradang setelah beberapa saat rehat ataupun cuti mendaki. Gejala ini pun dirasakan oleh para pendaki gunung yang sudah uzur. Keinginan untuk mendaki kembali tetap meletup-letup meski harus bertoleransi dengan rutinitas dan tentu kondisi stamina saat ini. Semangat mendaki itu tak pernah mati. Karena bagi pendaki sejati.., gunung itu adalah ruhnya.., gunung itu adalah bagian dari harapan & mimpi-mimpinya...

Segaris Pena

Puisi by: arif tirtana
Foto  by: ahmad al fatih
Di sini semuanya bermula
Di deretan kursi-kursi tua
Pada meja kusam dengan coretan tangan

Di sini semuanya dimulai
dicatatkan dengan kapur putih
pada papan tulis kehitaman

Di sini semuanya di kisahkan
kehebatan masa lalu
kesulitan masa depan
dengan suara perlahan

Di sini dunia mulai coba kau taklukan

Ketika kau datang
Ruang hatimu kosong tak bertuan
Jiwamu putih tak bersuara
Tatapanmu terkadang sedikit ketakutan

Kembali kau datang
Senyumu mulai terkembang
Kau buka buku, kau ambil pena
Lalu… kau diam tak tahu apa yang harus dilakukan

Esoknya kembali ke sini
Kau mulai menulis garis
Terbata mulai bersuara
a be a ba… aba…

Ketika pulang…
Kau kabarkan pada bunda
Aku bisa membaca

Anak muda…
Segeralah tinggalkan malam, akhiri mimpimu yang tersisa
Berlarilah di bawah hangat mentari,mengejar cita yang kemarin terhenti
Berpaculah dengan waktu, karna ilmu tak pernah habis untukmu

Anak muda…
Datanglah, jangan pernah terlambat
Dengarlah, jangan sampai terlewat
Catatlah, sampai ke dasar hatimu
Semua kebenaran yang datang menghampiri

Anak muda…
Janganlah pernah berhenti belajar

Mungkin gurumu bukan orang yang pintar
Tapi darinya kau tahu dunia

Mungkin gurumu bukan orang yang menyenangkan
Tapi dengannya kau temukan sejuta warna

Mungkin gurumu bukan orang yang penyabar
Tapi bersamanya, kau dapatkan kepastian

Mungkin gurumu bukan orang yang sempurna
Tapi sosoknya, tak kan pernah hilang dari kehidupan.

Dari mana semuanya bermula…
Kesyahduan kata-kata khalil Gibran
Kepastian rumus-rumus einstein
Keindahan simphony mozart
Dan semua kehebatan para pelakon dunia

Dari mana semuanya tercipta…
Borobudur yang termasyhur
Tembok besar cina yang hebat tertancap
Liberthy yang berdiri gagah tanpa lelah
Dan semua peninggalan para pembuat sejarah

Semuanya dimulai dari sini…
Dari pertanyaan - pertanyaan mereka tentang misteri dunia
Dari keinginan dan ketekunan mereka untuk taklukan dunia
Dari sana mereka belajar …
Bersama para guru

***

Jumat, 24 September 2010

Kenali Negerimu Cintai Negerimu (KNCN)

Lirik & Lagu by: adji kembara
Foto by: adji kembara


* Lebih asyik jalan-jalan di sini, di dalam negeri sendiri
   Budayanya unik, kulinernya pun enak membangkitkan, buat hati senang

Bridge 1:
Ayo kenali negerimu, cintai negerimu hingga akhir hayatmu
Ayo kelilingi negeri ini, dan gunakan semua produk Indonesia

Reff 1:
Tak perlu kau sering melanglang jauh-jauh
Cukup di sini saja, di negerimu sendiri
Buang saja rasa gengsimu jauh-jauh
Di sini serba unik, budaya asli Indonesia

** Lebih seru berwisata di sini, di dalam negeri sendiri
     Alamnya indah, orangnya pun ramah menyenangkan, buat hati tenang

Bridge 2:
Ayo kenali negerimu, cintai negerimu hingga akhir hayatmu
Ayo jelajahi negeri ini, dan buatlah bangga Indonesia jaya

Reff 2:
Tak perlu kau sering melayang tinggi-tinggi
Cukup di sini saja, di negerimu sendiri
Buat apa bila cuma buang devisa
Di sini serba indah, alam tropis Indonesia

Back to:  reff 1
Di sini lebih nikmat, kuliner khas Indonesia
Di sini lebih unik, kebudayaan Indonesia
Di sini lebih lengkap, pariwisata Indonesia

Cat.: Lagu KNCN ini saya persembahkan buat Kementerian  Kebudayaan & Pariwisata (Kemenbudpar), Menbudpar dan jajarannya, Forum Wartawan Kebudayaan & Pariwisata (Forbudpar), Forum Jurnalis Sejarah & Purbakala (Fojur Sepur), pengamat/pemerhati/penulis budaya & pariwisata, pelaku industri wisata, penikmat wisata, komunitas penggiat alam bebas/sejarah/seni-budaya/kuliner/kerajinan tangan, petualang, wisnus & wisman.

Semoga pihak-pihak terkait di atas, kian bersinergi untuk lebih memajukan pariwisata Indonesia menjadi pariwisata dunia terdepan, berkualitas, kreatif & berdaya saing tertinggi, hingga makin mensejahterakan bangsa.

Kamis, 23 September 2010

Climbing Together

Lirik & Lagu by: adji kembara
Foto by: adji kembara

* Selalu bersama warnai dunia
   Bermandikan embun pagi
   Berkilauan emas senja
   Mendaki yang tinggi
   Lewati cakrawala
   Berteduh rimbun cemara
   Nikmati bening telaga

Bridge:
Tak letih bila satu hati
Tak lelah bila searah ha...

Reff:
Climbing together with love forever
Hiking together with love forever

Back to: *, Bridge, Reff (2X),*
Aha..

Cat.: Lagu ini saya tujukan kepada semua penggiat alam bebas, termasuk di dalamnya pendaki gunung yang melakukan pendakian baik sendiri (solo), kelompok kecil (small group), maupun pendakian massal/mass climbing atau dalam bahasa lagu saya disebut climbing together untuk tetap mengedepankan pendakian dengan 'cinta' atau pendakian yang peduli terhadap kelestarian alam (konservasi) dan ramah lingkungan.

Cara paling simple menerapkan pendakian konservasi adalah minimal membawa turun sampah sendiri ke tempat pembuangan sampah di luar wilayah gunung atau di luar kawasan konservasi, dan tidak melakukan aksi vandalisme (corat-coret, menggores batu/batang pohon, menebang liar, mengambil, dll).

Rabu, 22 September 2010

Api Unggun Agatrasraya

Lirik & Lagu by: adji kembara
Foto by: adji  kembara

* Di sini raga berkumpul
   Di alam terbuka ucap syukur
   Lingkaran jiwa berpegang tangan 
   Wahai sang malam begitu sakral

**
Tumpukan kayu kering dibakar
     
Nyalakan api dengan cinta
     
Sinarnya sampai ke hati
     
Hangatkan jiwa ini

Reff:

Api unggun Agatrasraya, kobarkan smangat kami semua
Api unggun Agatrasraya, biarkan kami tetap bersama
Melangkah merangkai asa
Beda arah, tak sama rasa Nanananana.. nanana.. nanana… 
 
Back to: 


*** Semilir angin dingin mengalir
        Nyalakan api dengan cinta
        
Sinarnya menembus hati
        
Hangatkan jiwa ini
, reff, *
Wahai sang malam…, selamat malam…parararam parararam…


Cat.: Agatrasraya (dari bahasa sansekerta yang berarti “saling mewujudkan kerjasama”) yang berdiri  5 Agustus 1984 ini, menjadi organisasi pecinta alam  pertama saya, hingga saya kini  menjadi pelaku, penulis, dan pemerhati dunia kepecintaalamanan di Tanah Air. Ciri khas organisasi ini setiap Desember menggelar pelantikan anggota baru di berbagai lokasi. Kendati kegiatan keorganisasiannya sudah lama vakum, namun sejumlah anggotanya tetap bersilaturahmi dan sesekali mengadakan pertemuan bersifat kekeluargaan.



Kembara Tropis

Lirik & Lagu by: adji kembara
Foto by: adji kembara & dok. kembaratropis


*Di sana, di ujung barat Jawa
  Di Ujung Kulon, Banten tepatnya
  Di pantai pertama kali jumpa
  Dan akhirnya terbentuk satu wadah

Reff:
Kembara Tropis (2X)
Itulah nama komunitas kita
Kembara Tropis (2X)
Punya ciri khas makan bersama

**Meskipun sudah lama vakum
    Serdadunya melanglang buana
    Tetapi tetap di hati
    Kar'na kita ada dalam satu jiwa

Reff 2:
Kembara Tropis (2X)
Mendaki gunung, masuki perut bumi
Kembara Tropis (2X)
Susuri pantai, jelajahi hutan

Back to: reff 2


Cat.: Kembaratropis merupakan komunitas penggiat alam bebas yang saya bentuk awal tahun 2000, setelah bertemu di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Ciri khas komunitas ini setiap mengadakan pendakian gunung, penyusuran gua dan pantai, serta penjelajahan hutan tetap mengedepankan nilai-nilai konservasi dan selalu makan bersama dengan beralaskan lembaran daun pisang ataupun daun jati. 

Sejumlah gunung, taman nasional dan obyek wisata alam lain pernah menjadi lokasi kegiatan komunitas ini antara lain Gunung Krakatau,  Salak, Papandayan, Kaba, Puntang, Burangrang, dan Gunung Guntur.  Sedangkan taman nasional antara lain TN Ujung Kulon, Meru Betiri, dan Alas Purwo, serta beberapa pantai dan gua seperti Ujunggenteng, Gua Kerek dan Buni Ayu serta Cagar Alam Kawah Ijen.

Anggota Kembaratropis yang biasa disapa ‘serdadu’ ini antara lain Kang Herman, Mba Nana, Om Narto, Arif, Jenny, Lestari Nurhayati, Suwasti, Marno & Ratna,  Melati & Dody, Diah ’Iwoe’ Wulandari, Ika, Ritha, Boy, Yani, Irma, Dedi, Maya, Robert, dan Yoga. Meski kini kegiatannya vakum karena kesibukan serdadu-serdadunya entah urusan rumah tangga, pekerjaan dan lainnya, namun komunikasi di antaranya masih tetap terjalin.



Senin, 20 September 2010

Ciuman 3676 Mdpl (Mahameru)

Lirik & Lagu by: adji kembara
Foto by: sparrow iwoe



* Hujan ini buatku merindu..mengenangmu..mengingat ciumanmu di 3676 mdpl
   Dingin ini buatku merindu..mengenangmu..mengingat pelukanmu di 3676 mdpl
   Duhai Mahameru..tunggu aku dengan senyumanmu

Reff:
Aku pasti kembali
Meski tanpamu lagi
Masih kagumi Mahameru
Meski tak seperti dulu.. (2X)

Back to: *, reff

Cat.: Mahameru adalah nama puncak Gunung Semeru di Jawa Timur yang berketinggian 3.676 Meter di atas permukaan laut (Mdpl) sekaligus menjadi atapnya Jawa. Gunung berapi aktif tertinggi di Jawa ini menjadi salah satu gunung idaman para pendaki kendati  sejumlah pendaki ternama dan senior meregang nyawa akibat menghirup gas beracun dari kawah di puncaknya dan karena faktor lainnya. Medan pendakian ke puncaknya cukup menantang, dan panoramanya eksotis sejak awal pendakian.

Jodoh dari Surga

Lirik & Lagu by: adji kembara
Foto by: adji kembara

* Kau datang saatku lemah
   Tak berdaya melawan dunia
   Selama ini tak pernah ku hiraukan
   Kau sabar buka hatiku…

Reff:
Sekian lama ku terbawa pesona indah dunia, terbuai terperdaya
Tak ku sangka, kau hadirkan sejuta damai di jiwa
Kau sadarkan diriku
Kau adalah jodohku dari surga

Back to: *, reff2X

Kau jodohku
Jodohku dari surga…

Cat.: Lagu ini jadi Original Soundtrack film Jodoh Berinisial "J". Lokasinya di cafe elit, kantor, dan pusat perbelanjaan serta perumahan mewah Jakarta. Sinopsisnya ada di blog ini.

Jodoh Berinisial "J"

Sinopsis & foto: adji kembara


Kisah para bujang & lajang mapan dan berumur yang menargetkan menikah secepat mungkin. Mereka taruhan target menikah sesuai kesepakatan. Namun sejumlah tragedi muncul, mereka terpisah dengan calon masing-masing. Mereka jatuh bangun mengejar jodoh.  Bermacam kelucuan pun terjadi. Mendekati limit waktu yang ditentukan beberapa temannya mendapatkan jodoh lagi, sementara ada satu pria yang belum menemukannya. Dia berusaha dengan berbagai cara namun kandas. Di tengah kecemasan, rasa malu, dan keputusasaan, datang gadis yang justru selama ini menunggu cintanya. Gadis itulah jodohnya dari surga yang kerap dia acuhkan.

Jaka (34), Albert (33), Toni (32), Lisa (30), dan Santi (30) satu genk dan sudah memiliki pekerjaan yang mantap. Mereka biasa kumpul di kafe  strategis sepulang kerja. Masing-masing punya pacar dan berencana mengakiri masa lajang. Mereka saling membanggakan pacar masing-masing.  Tapi karena asyik dengan karier, pergaulan, dan gaya hidup mereka agak tak acuh dengan pernikahan.

Pacar mereka semua keren, cantik dan gagah. Kecuali pacar Jaka seorang gadis muda dari keluarga miskin. Orangtua masing-masing sudah memperingatkan mereka untuk segera menikah, apalagi adik-adik, teman-teman mereka sudah berkeluarga dan memiliki anak.

Pada suatu ketika mereka berjanji akan menikah 2 tahun ke depan. Jaka anak tunggal dan paling tua diantara genknya tapi karena baby face ia terlihat awet muda. Tingkah lakunya agak polos dan gampang percaya tapi baik Ia juga sering ditegur Jihan, ibunya yang cerewet menegurnya untuk segera menikah. Jaka berjanji akan menikah paling lambat usia 36 tahun. Karena merasa sudah punya pacar yang setia mereka tenang-tenang saja. Tinggal menunggu Hari Bahagia.

Tapi beberapa bulan menjelang limit waktu yang disepakati, tiba-tiba petaka datang. Jaka diputuskan Mawar karena dijodohkan orangtua dengan seorang pengusaha demi sekolah adik-adiknya. Albert ditinggal mati Leni yang tewas kecelakaan pesawat, Toni disakiti Patricia karena harus kuliah ke luar negeri. Lisa memilih putus karena ternyata Alex yang macho seorang gay, dan Santi juga memutuskan Hans karena ternyata co kampung yang berpakaian necis itu gigolo dan matre.

Mereka panik dan cemas, tapi mereka berusaha menutupi masalah sebenarnya. Timbulah kekocakan2 dari tingkah mereka. Ada yang mencari jodoh lewat biro jodoh, chatting di internet dan ketemuan tapi justru antara Jaka dengan Santi, ikut milis lalu pergi bersama-sama, dijodohkan orangtua/teman tapi tidak ada yang cocok.

Saat mencari jodoh itu mereka kadang bertemu tapi tetap berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa. Akhirnya Albert, Toni, Lisa, dan Santi menemukan jodohnya dan menikah 2 bulan sebelum limit waktu.

Tinggallah Jaka yang masih jomblo dan terus berjuang menjari jodoh. Akhirnya ia jujur sama genknya. Genknya berusaha membantu tapi tidak ada yang cocok. Jaka akhirnya menyendiri ke kafe langganannya. Di sana ia kembali bertemu dengan Melati, gadis agak pendiam dan berpakaian gaya lama yang sejak lama menaruh hati kepada Jaka. Hobinya menulis diary. Melati tak sengaja mendengar perjanjian genk Jaka.

Ketika Jaka bingung, Melati berusaha membantu. Di kafe terdengar lagu original soundtrack film ini yang dinyanyikan band berjudul Jodoh dari Surga. Melati bekerja sebagai pramusaji di kafe itu, ia bersahabat dekat dengan Jefry, fotografer. Melati kadang dipandang sebelah mata oleh genk Jaka terutama oleh Santi. Tapi Melati tak peduli, salah satu alasan dia betah karena bisa tetap bertemu Jaka. Bahkan ia pernah menolong Santi yang hendak diperkosa oleh Hans untuk balas dendam karena diputuskan Santi. Sejak itu Santi berlaku baik dengan Melati.  Sebenarnya Jaka tidak punya perasaan dengan Melati apalagi ketika itu ia punya pacar dan Melati dikiranya juga berpacaran dengan Jefry, ia anggap lalu dan cuek saja.

Ditengah kecemasan, kegalauan menjelang hari-hari terakhir. Ibu Jaka jatuh sakit, dan Jaka difitnah menyimpan narkoba. Jaka ditangkap. Ia panik dan terus melihat kalender. Saat itulah Melati datang membantunya, karena Melati dan Jefry mengetahui siapa yang menaruh ganja itu di mobil Jaka. Ketika itu Jefry lewat di kafe itu, ia mencurigai seseorang yang menaruh bungkusan ke mobil Jaka saat ada rahazia polisi. Foto itulah yang menjadi bukti, sehingga Jaka bebas dari tuntutan.

Jaka mengucapkan terima kasih kepada Jefry dan Melati. Jaka segera ke rumah sakit menjenguk ibunya. Di sana ternyata ada Melati. Kata ibu Jaka, selama ini Melati yang kerap menjenguknya. Jaka kaget dan kembali berterimakasih. Ketika Melati mau pulang dari rumah sakit, buku hariannya tertingal dan Jaka membacanya. Di buku itu, Melati menulis pemuda berinisial “J” adalah jodohnya dari surga yang selama ini ia cintai. Andai ia tidak bisa menjadi mendapatkan cintanya, ia tidak akan kecewa dan akan tetap mencintainya dan membantunya semampunya. Di buku itu ternyata Melati tidak pernah berpacaran dengan Jefry, ia menganggapnya sahabat. Lalu siapakah pemuda berinisial “J”? 

Jaka langsung terbayang dengan kebaikan dan perhatian Melati selama ini. Betapa bodohnya dia tidak menyadarinya. Ketika Melati pulang dari rumah sakit, Jaka segera berlari menghampirinya. Dia berikan buku harian itu. Melati menerimanya kemudian pergi. Jaka masih ragu, tapi wajah Melati kembali terbayang. Jaka bertemu dengan Jefry yang mengatakan sesuatu kepada Jaka. Saat Melati menunggu bus sambil menangis, datang Jaka tanpa diketahuinya sambil bertanya: “Benarkah pemuda yang berinisial “J” itu aku?” Kedua mata Melati berkaca-kaca dan dia diam. “Sebenarnya selama ini aku juga mencintaimu, maafkan aku”, kata Jaka. Melati menitikkan air mata. Sehari menjelang tahun baru batas limit waktu, Jaka dan Melati akhirnya menikah. “Kau jodohku berinisial “J” dari dulu”, kata Melati. “Kau jodohku dari surga, seperti lagu yang dinyanyikan band di kafemu,” balas Jaka usai menikmati malam pertamaJ.

*** The End***

Jodoh Berinisial “J”
Sinopsis untuk Film Drama Komedi Romantis
Lokasi: Café, Pusat Perbelanjaan Elit, Perkantoran di Jakarta
Cerita, Sinopsis, Penulis Skenario, & Original Soundtrack:  Adji
Gaya Penuturan: Linier

Sabtu, 18 September 2010

Simfoni Pucuk-Pucuk Pinus

Lirik & Lagu by: adji kembara
Foto by: adji kembara

 

* Sekian lama tak bertemu gunung, ku merindu
   Meski tak mudah menggapaimu, aku tetap mau..
   Ada di dekatmu seperti dahulu
   Dalam kabut biru, di pelukmu

Reff:
Pucuk-pucuk pinusmu alunkan simfoni
Seolah memanggil namaku
Dan aku di sini tak mampu menolakmu
Kembali ku daki lerengmu

Back to: *, reff 2X
Kembali ku daki lerengmu

Cat.: Lokasi foto di Hutan Pinus dekat Kolam Cinta di kaki Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lagu ini salah satu Original Soundtrack untuk Film “Kolam Cinta” (sinopsis-nya ada di blog ini). Selain mendaki, Anda bisa berwisata sejarah, melihat bekas perumahan elit Belanda tempo doeloe yang tinggal puing, termasuk Kolam Cinta berbentuk hati.